Sebanyak 300-an Kaum Muda NTT Merintis Usaha Perikanan Hasil Program Mata Kail

Kupang, – Sebanyak 300-an warga kalangan muda di Nusa Tenggara Timur telah merintis usaha di sektor perikanan sebagai hasil dari pelaksanaan program Mata Kail (Mari Kita Kreatif Agar Ikan Lestari) yang dihadirkan Plan Internasional Indonesia.

“Dari capaian proyek Mata Kail kami mencatat ada 387 kaum muda, usaha mikro kecil menengah (UMKM) di NTT yang berhasil mengembangkan usahanya dengan beragam jenis di rantai nilai perikanan,” kata Project Manager Mata Kail Plan Internasional Indonesia Widiyanto dalam kegiatan penutupan proyek Mata Kail yang digelar secara virtual, Kamis, (28/1).

Ratusan penerima program tersebut mayoritas adalah wirausaha muda baru sebanyak 322 orang di tiga kabupaten yaitu Nagekeo sebanyak 102 orang, Sikka 127 orang, dan Lembata 93 orang yang didominasi perempuan sebanyak 60 persen dan laki-laki 40 persen.

Program yang didanai Uni Eropa melalui Program Sustainable Consumption and Production in Fish Processing Sector-SWITCH Asia II ini dilakasanakan selama Maret 2018-Februari 2021 melalui kerja sama antara Plan Internasional Indonesia, Kopernik, Bengkel Appek.

Widiyanto menjelaskan dalam program ini peserta mendapat berbagai materi seperti pembangunan kapasitas, pelatihan pengolahan hasil perikanan, penerapan teknologi ramah lingkungan, keamanan pangan, akses keuangan dan sebagainya.

Ia menambahkan dari program tersebut terdapat sebanyak 56 dokumen rencana usaha yang diajukan untuk dukungan pendanaan kepada 17 lembaga keuangan mikro seperti koperasi, bank pengkreditan swasta maupun skema bantuan pemerintah.

“12 proposal telah mendapatkan dukungan pendanaan. 5 orang atau kelompok di Sikka dan 12 di Nagekeo, 16 lain masih menunggu konfirmasi dari pihak lembaga keuangan,” katanya.

Agnes, salah satu peserta program Mata Kail dari Kabupaten Lembata mengatakan kehadiran program tersebut telah berdampak besar baginya untuk mulai menjalankan usaha dengan prinsip produksi dan konsumsi berkelanjutan.

Ia mengaku setelah mengikuti program tersebut, ia bersama teman-temannya pun mulai menjalankan usaha produksi pembuatan bakso, naget ikan, dan abon ikan.

“Sekarang produksi kami yang paling dominan adalah naget ikan yang sudah dipasarkan,” katanya.

Agnes pun bersyukur berkat program Mata Kail, kini ia dan teman-temannya bisa menjalankan usaha sendiri dan memperoleh penghasilan untuk menunjang kebutuhan hidup.

Acara penutupan program Mata Kail secara virtual itu diikuti berbagai pihak yaitu Duta Besar Uni Eropa untuk RI dan Kerajaan Brunei Darussalam, Direktur Executive Yayasan Plan Indonesia, Kopernik, Bengkel Appek, kepala daerah dan perwakilan pemerintah daerah sasaran program, serta ratusan kaum muda penerima manfaat program Mata Kail.(Ant)